Adsense

Kamis, 27 September 2012

Ngaleut THR

Meskipun pernah beberapa kali ke Taman Hutan Raya (THR) Ir. H. Djuanda – Bandung  bahkan melanjutkan hingga ke Maribaya – Lembang, kali ini bersama Komunitas Aleut sepertinya akan mendapat sesuatu yang baru (26-08-2012). THR dapat dijangkau dengan mudah. dari Terminal Dago  l.k. 2 kilometer ke arah utara..  Ci Kapundung adalah sungai yang mengalir di dalam kawasan THR juga merupakan batas alam yang memisahkan Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Bandung Barat (KBB).



Beberapa lokasi belum pernah saya sambangi sebelumnya. Obyek baru antara lain “lava pahoehoe”, penangkaran rusa, dan ternak lebah madu. Ci Kapundung adalah sungai yang membelah Kota Bandung. Hulu Ci Kapundung berada di kaki Bukit Tunggul kemudian mengalir ke arah barat sepanjang Patahan Lembang dan di bawah Curug (air terjun) Omas Maribaya debit airnya bertambah oleh aliran dari Ci Gulung yang berasal dari kaki Gunung Tangkubanparahu.  Aliran Ci Kapundung kemudian membelok ke selatan melalui celah patahan di kawasan Maribaya dan terus melewati kota Bandung dan akhirnya bermuara di Ci Tarum dekat Dayeuh Kolot.

Kondisi CiKapundung sebelah barat Goa Jepang

Di kawasan THR ini terdapat beberapa bendungan yang digunakan untuk mengarahkan air ke saluran hingga ke kolam penampungan yang digunakan untuk kepentingan bahan baku air bersih oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtawening-Bandung dan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA Bengkok, beroperasi sejak 1922). PDAM Tirtawening berasal dari perusahaan sejenis yang didirikan pada jaman kolonila Stadsgemente Water Leiding Bandoeng (1916-1928).  Karena debit air sudah dikurangi, maka aliran air di Ci Kapundung di bawah Gua Jepang hingga bendungan sedikit sekali apalagi di musim kemarau seperti saat ini. Namun demikian kita dapat mengamati dasar sungai lebih jelas.

Salah satu bendungan

Coba kita amati foto satelit dari Google Earth mulai THR hingga Gunung Manglayang di bawah garis patahan naik. Daerah yang masih hijau adalah THR, Bojong Koneng, dan Gunung Palasari. Setengah bagian kota Bandung dari Ci Kapundung yang membelah kota hingga bagian timur kota Bandung di Ujungberung daur hidrologisnya antara lain bergantung pada sabuk hijau di atas Patahan Lembang. Jika daerah ini rusak atau berkurang, maka air tanah di cekungan Bandung pun terancam. Saat ini kebutuhan air bersih penduduk Kota Bandung belum dapat dilayani sepenuhnya oleh PDAM. Jika kita ambil rata-rata tinggi Patahan Lembang dari permukaan laut 1350 meter dan dataran tinggi Bandung 650 m dpl. serta jarak rata-rata keduanya 6,5 km dapat dibayangkan seandainya sebagian besar area pada kemiringan tersebut adalah ladang dan atau perumahan. Pada musim hujan dapat mengakibatkan banjir di kota Bandung dan pada musim kemarau kesulitan mendapatkan air tanah. Seperti juga Ci Kapundung Patahan Lembang adalah batas alam yang memisahkan KBB dan Kabupaten Bandung.


Daerah Bojong Koneng yang masih hijau adalah instalasi militer dan tidak sembarang orang dapat masuk sehingga pepohonan di sana terjaga. Masalah besar yang dihadapi seputar THR adalah pembangunan perumahan, sedangkan di bagian timur hingga lereng Gunung Palasari adalah perladangan. Daerah tersebut termasuk ke dalam Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Menurut hemat saya alangkah baiknya Kecamatan Cimenyan dan di sebelah timurnya Kecamatan Cilengkrang dimasukkan ke dalam wilayah Kota Bandung. Mengapa? Karena kota Bandung berkepentingan dengan kondisi perbukitan di Bandung utara tersebut. Begitupun penduduk di kedua kecamatan tersebut secara administratif tidak jauh mengurusnya ke Soreang, tetapi lebih dekat ke kota Bandung. Sudah lama jalan-jalan di sebelah utara Kota Bandung di dalam n wilayah Kabupaten Bandung rusak seperti jalan menuju Palintang dan Desa Cilengkrang, sehingga cukup berdampak terhadap pengangkutan hasil pertanian.


Curug (Air terjun) Koleang

Salah satu obyek menarik dan belum sampai setahun ditemukan adalah Lava Pahoehoe. Menurut situs http://www.govisithawaii.com “pahoehoe” (istilah Hawaii) diucapkan “pah hoy hoy”. Pahoehoe mengacu pada lava basaltik yang memiliki permukaan halus, menggelembung, bergelombang, atau berurat. Bentuk permukaan ini karena pergerakan lava dari bagian bawah lava yang sudah mulai mendingin atasnya, seperti kaki-kaki yang menjulur. Di THR, Lava Pahohoe terletak antara Curug (air terjun) Koleang dan Curug (Kidang) l.k. 2 km dari Goa Balanda. Untuk mencapainya kita harus turun dari jalur utama l.k. 100 m hampir tegak lurus. Sebaiknya turun paling tidak dengan bantuan tali.

Turun menuju tempat lava pahoehoe

Lava pahoehoe

Inspirasi dari “ngaleut” kemarin a.l. agar meningkatkan terus efisiensi penggunaan air dan ikut memelihara lingkungan yang menjadi unsur siklus hidrologis air. Komunitas juga mempelajari bagaimana dahulu sejak pemerintah kolonial Hindia Belanda menjaga kelestairn kawasan THR ini dan memanfaatkan Ci Kapundung. Sekarang sudah tersedia papan informasi di lokasi-lokasi penting untuk diketahui umum. Sungguh menyenangkan bisa belajar berbagai hal di THR ini. Pada hari Minggu kami berjalan salah satu yang mengganggu berjalan di “jogging track” utama dari Gua Belanda hingga Maribaya adalah setiap menit pejalan kaki harus mengalah dengan sepeda motor, kuda, atau sepeda. Jalur itu dibuat dengan “paving block” untuk berjalan kaki bukan diaspal dan mudah rusak bila dilalui sepeda motor. Harga makanan dan minuman yang dijual oleh warung-warung dalam kawasan THR tergolong mahal apalagi dibandingkan di daerah tujuan olah raga “hiking” di sebelah timurnya seperti Warung Bandrek, Caringin Tilu, Oray Tapa, Palintang, dan Cilengkrang.


USGS: Siklus Air

Google Earth: Potret Satelit kawasan Bandung Utara a.l. THR Ir. H. Djuanda dan Patahan Lembang



Google Map: Potret kontur Bandung Utara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar